Menembus Dunia Lewat Layar: Perjalanan Catherine Adriana dan Film Decepcion ke Festival Internasional

Proses Shooting (Dok. Catherine)

Ikomupnjatim – Suara tepuk tangan menggema di ruang pemutaran film internasional. Di balik layar, Catharine Adriana, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, tak menyangka film pendeknya berjudul Decepcion mampu menembus sejumlah Festival Film Internasional bergengsi.

Perjalanan itu bermula dari langkah sederhana. Tanpa banyak ekspektasi, Catharine mengirimkan filmnya melalui platform Film Freeway. Ia mengaku tidak pernah membayangkan karyanya akan diterima di berbagai ajang perfilman dunia.

“Kaget dan tidak percaya bisa lolos. Walaupun saat mengirimkan film ada sedikit harapan, tetapi tetap tidak menyangka bisa tembus,” ungkap Catharine.

Salah satu momen paling berkesan baginya adalah ketika Decepcion berhasil lolos seleksi festival film yang diselenggarakan di Venice, Italia. Sebagai sineas muda, ia menganggap tempat tersebut sebagai ruang impian untuk mengembangkan kemampuan dan karya.

“Bagi saya, pengalaman ini bukan sekadar bentuk apresiasi, tetapi juga menjadi pintu awal perjalanan menuju dunia internasional bersama karya saya,” ujarnya penuh semangat.

Kesuksesan yang diraih Catharine tidak terlepas dari dukungan keluarga dan lingkungan terdekat. Ia bercerita bahwa keluarganya, terutama sang ibu, sempat meragukan pilihannya untuk berkarier di dunia perfilman. Namun, pencapaian ini menjadi bukti bahwa keputusannya telah membawa hasil yang membanggakan.

“Keluargaku, terutama ibuku, menjadi pendukung terbesarku,” tuturnya.

Perjalanan menuju layar internasional tidak terjadi dalam semalam. Sejak duduk di bangku SMA, Catharine sudah aktif di kegiatan ekstrakurikuler film. Dari sanalah kecintaannya terhadap dunia sinema tumbuh. Dalam proses kreatifnya, coach Miky Havis menjadi sosok penting yang banyak membimbing dan mengasah kemampuannya. Selain itu, dukungan teman satu tim serta lingkungan kampus, khususnya Kinne Komunikasi, turut mendorong semangatnya untuk terus berkarya.

Meskipun tidak dapat hadir langsung di beberapa festival, Catharine tetap merasa bangga karena karyanya dapat ditayangkan dan diapresiasi oleh penonton mancanegara.

“Mendengar gemuruh tepuk tangan penonton, meskipun hanya melalui live streaming, sudah cukup membuat lega,” katanya.

Bagi Catharine, dunia perfilman bukan sekadar wadah berekspresi, tetapi juga ruang pembelajaran untuk memahami diri dan kehidupan.

“Dunia perfilman mengajarkan bahwa setiap karya adalah refleksi diri, dan setiap apresiasi adalah bahan bakar untuk terus melangkah maju,” ucapnya.

Melalui Decepcion, Catharine ingin membuktikan bahwa semangat, kerja keras, dan keyakinan dapat membawa anak muda Indonesia menembus panggung dunia. Ia berharap pengalamannya dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk berani mencoba dan tidak takut gagal.

“Kesempatan tidak datang dua kali. Kita tidak akan tahu hasilnya jika tidak mencoba sejak awal,” pungkasnya. (D)

Penulis : Kevin Alifian Putra
Editor : Nabilla Putri Sisilia

Artikel ini merefleksikan poin ke-5 SDGs, yaitu Kesetaraan Gender