Kompetisi Epicentrum kembali digelar oleh Universitas Padjajaran (Unpad). Kali ini, adalah yang kali keempat event tersebut diselenggarakan. Tahun ini, Epicentrum mengusung tema see the invisible – mental health, yaitu melihat apa yang tak terlihat.
Ada tujuh lomba yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad. Di antaranya adalah Research Mindedness, Ideation, Liblicious, Parade Jurnalistik, Padjajaran Public Relations Fair, Tell A Vision, dan Echo.
Program Studi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur mengirimkan dua tim dalam Epicentrum. Tim pertama terdiri atas mahasiswa angkatan 2016 bernama Dream Team. Tim kedua adalah Suicide Squad, mahasiswa angkatan 2017.
Kedua tim mengikuti jenis lomba yang berbeda. Dream Team yang beranggotakan Siti Aisyah Rahmatillah, Athaya Salsabila, dan Adha Kautsar mengikuti Parade Jurnalistik. Adapun Suicide Squad yang beranggotakan Navi Dwi, Ainaya Pradina, Fita Dwi, dan Endah Murniaseh mengikuti Echo.
Dalam Parade Jurnalistik, setiap tim diberikan tugas dari brief satu untuk membuat video feature jurnalistik. Temanya adalah “Saat Media Bicara Kesehatan Mental”. Dream Team mengangkat topik mengenai fenomena self-diagnosis.
“Menurut kami, self-diagnosis ini mulai marak terjadi terutama pada kalangan remaja. Padahal itu bukan sesuatu yang bisa dibenarkan, karena diagnosis kesehatan mental sebenarnya hanya bisa dilakukan oleh profesional,” ucap Aisyah, ketua Dream Team. Aisyah dkk berharap dapat meningkatkan awareness masarakat mengenai isu ini.
Sementara itu, lomba Echo yang diikuti oleh Suicide Squad mendapat tugas untuk membuat video, poster, dan audio campaign. Tim yang diketuai oleh Navi ini mengangkat topik stress disorder dan budaya konsumtif dalam media sosial. “Kami ambil fenomena yang sering terjadi di sekitar. Selain itu, semua orang, khususnya remaja, kan pasti punya media sosial,” terang Endah tentang alas an pengambilan tema tersebut.
Kedua tim ini mengaku, awalnya mereka mengikuti lomba ini sekadar untuk mengisi waktu luang. Selain itu, mereka ingin mencoba sesuatu yang baru. Meski sempat mengalami kesulitan, kedua tim berhasil menjadi finalis.
Babak final tersebut diselenggarakan pada 28-31 Oktober 2019. Setiap tim harus mempresentasikan karya mereka langsung di hadapan para juri. Hasilnya, Dream Team meraih juara ketiga Parade Jurnalistik. Sementara itu, Suicide Squad berhasil meraih lima besar Echo.
“Nggak nyangka bisa bawa pulang juara 3. Ini pengalaman pertama kami ikut lomba yang disuruh buat video feature jurnalistik. Bisa sampai final saja sebenarnya kami sudah syukur Alhamdulillah,” ungkap Athaya, anggota Dream Team.
Dia berharap, semoga mahasiswa yang lain bisa termotivasi untuk mengikut lomba semacam ini. “Kalau kata Bu Ade (salah seorang dosen Ilmu Komunikasi, Red.) piala itu nomer sekian. Yang paling penting itu pengalaman dan koleksi cerita yang bisa kita dapat,” lanjut Athaya.
Hal di atas diiyakan oleh Endah. “Untuk selanjutnya, kita pasti ingin ikut lagi. Dengan menjadi finalis, kami termotivasi untuk gimana caranya bikin hasil karya yang baik dan akhirnya bisa menang,” tukasnya. Kata Endah, banyak sekali yang bisa didapat dari lomba seperti ini. Selain bisa menambah relasi, mereka juga lebih membuka pemikiran dan pemahaman tentang hal baru. (adh)