Bangun Ruang Diskusi Kritis, BEM FISIP UPNVJT Hadirkan Wakil Wali Kota Surabaya

Foto bersama Cak Ji Wakil Wali Kota Surabaya (Dok. Narasumber)

Ikomupnjatim – BEM FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur membangun ruang diskusi kritis melalui acara Political Talks #2 x Humanies Project dengan menghadirkan Wakil Wali Kota Surabaya Ir. H. Armuji, M.H., yang membagikan pandangannya tentang peran media sosial dalam praktik pelayanan publik. Acara ini mengangkat tajuk “Media Sosial dalam Praktik Pelayanan dan Politik Lokal Surabaya” dan digelar di Ballroom GKB II FEB UPNVJT pada Rabu (22/10).

Fany Agustin Fadhila, Menteri Kastrat BEM FISIP UPNVJT yang juga bertugas sebagai organizing committee acara tersebut, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang bagaimana media sosial dapat berperan penting dalam strategi pelayanan publik dan komunikasi politik di era digital.

“Kami ingin mendorong mahasiswa agar lebih kritis sekaligus aktif memanfaatkan media sosial sebagai ruang dialog politik yang sehat dan inklusif,” ujarnya.

Menurut Fany, tema ini dipilih karena dianggap relevan dengan kehidupan sehari-hari generasi muda, khususnya Gen Z yang lekat dengan media sosial. Ia menilai, fenomena banyaknya politisi yang menggunakan media sosial untuk membangun citra politik menjadi alasan kuat mengangkat isu tersebut.

“Media sosial bagi politisi itu seperti dua mata pisau. Kalau digunakan dengan bijak, bisa mendekatkan mereka dengan masyarakat, tapi kalau tidak, justru bisa jadi bumerang,” ungkapnya.

Selain Cak Ji, acara Political Talks #2 juga menghadirkan Dr. Yuli Candrasari, S.Sos., M.Si. (Wakil Dekan II FISIP UPNVJT) dan Aprilia Devi, S.I.Kom. (Jurnalis detikcom Jawa Timur) Ketiganya dianggap mampu memberikan perspektif yang komprehensif tentang hubungan antara media sosial, pelayanan publik, dan politik lokal.

“Kami ingin peserta melihat dari tiga sudut pandang—pemerintah, akademisi, dan jurnalis—agar pembahasan lebih menyeluruh,” jelas Fany.

Proses persiapan acara ini terbilang singkat, hanya sekitar dua minggu sejak awal Oktober. Meski waktu yang terbatas, antusiasme mahasiswa cukup tinggi.

“Slot pendaftaran baru dibuka lima jam saja sudah penuh, bahkan banyak yang masih ingin ikut tapi tidak bisa karena keterbatasan tempat,” ungkap Fany.

Kolaborasi dengan Humanies Project sendiri berawal dari ketidaksengajaan yang membawa keberuntungan. BEM FISIP UPNVJT secara tidak sengaja mendaftarkan proposal acara ke ajang pencarian sepuluh BEM terpilih yang berani mengangkat isu sosial dan politik oleh Humanies Project.

“Alhamdulillah, kami terpilih sebagai salah satu kolaborator. Awalnya hanya iseng submit, ternyata dipercaya untuk ikut berkolaborasi,” kenang Fany.

Melalui kegiatan ini, panitia berharap mahasiswa tidak hanya mendapatkan wawasan baru, tetapi juga termotivasi untuk menciptakan inovasi dalam memanfaatkan media sosial secara bijak.

“Kami berharap literasi digital mahasiswa meningkat, terutama dalam hal politik. Supaya mereka lebih melek terhadap isu-isu publik,” kata Fany.

Menutup diskusi, Dr. Yuli Candrasari mengapresiasi semangat mahasiswa yang antusias membahas politik, sekaligus menepis anggapan bahwa Gen Z apatis terhadap isu publik. Ia berharap semangat itu tidak berhenti di forum besar, tetapi juga tumbuh dalam diskusi-diskusi kecil agar literasi digital semakin kuat.

Sementara itu, Ir. H. Armuji, M.H. mendorong mahasiswa agar berani menampilkan potensi dan gagasan mereka melalui media sosial.

“Kalian punya potensi besar. Jangan takut untuk membagikannya lewat akun kalian. Kalau tidak ditunjukkan, orang tidak akan tahu kemampuan kalian,” pungkasnya. (D)

Penulis: Farah Aulia Azzahra
Editor: Nabilla Putri Sisilia

Artikel ini merefleksikan poin ke-16 SDGs, yaitu Perdamaian, Keadilan, dan Institusi yang Tangguh