
Ikomupnjatim – Ketika banyak anak muda seusianya masih merintis karier, Nimas Safira Widyastuti Wibowo sudah menapaki jalan sebagai dosen muda di Program Studi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur. Perempuan kelahiran Madiun tahun 2000 itu menempuh pendidikan tinggi di Universitas Airlangga. Ia memilih jalur akademik karena percaya pendidikan adalah cara untuk memberi arti pada perjalanan hidupnya.
“Selagi aku mampu, selagi aku bisa, kenapa enggak daripada nanti menunda-nunda. Itu yang membuat aku langsung lanjut S2,” ujar Nimas.
Sejak duduk di bangku SMA, Nimas sudah terbiasa bersaing di lingkungan yang kompetitif. Menjadi siswa jurusan IPS sering membuatnya dipandang sebelah mata. Namun, anggapan itu justru memotivasinya hingga ia berhasil lolos SNMPTN di Universitas Airlangga pada 2019.
“Aku dulu anak IPS yang sering dianggap nggak bisa maju. Aku pengen buktiin kalau anak IPS juga bisa,” ujarnya.
Di awal kuliah, Nimas sempat minder sebagai mahasiswa dari daerah. Namun, ia aktif di organisasi kampus hingga dipercaya menjadi Ketua Baur Sejawat Komunikasi. Dari situ, dosen-dosen mulai mengenalnya sebagai pribadi yang sigap dan berprestasi.
Pandemi COVID-19 menjadi titik balik perjalanannya. Saat banyak mahasiswa pasif di kelas daring, Nimas justru memanfaatkan momen itu untuk mendekat ke dosen dan memperdalam materi kuliah. “Karena hanya di rumah dan semua lewat laptop, saya jadi aktif di kelas dan merapat ke dosen-dosen,” ujarnya.
Kesempatan mengikuti proyek dan penelitian dosen membuka matanya bahwa dunia akademik tidak seseram yang ia bayangkan. Dari situlah ia mantap mengambil program fast track untuk langsung melanjutkan S2. Dalam satu semester, Nimas menjalani skripsi, magang, dan kuliah S2 sekaligus. Meski berat, semua itu tetap berhasil ia tuntaskan.
Perjalanannya tidak selalu mulus. Ia pernah mengalami krisis identitas ketika teman-temannya sudah bekerja di perusahaan besar, sementara dirinya masih berkutat di kampus. “Teman-temanku sudah bekerja di tempat keren, aku sempat bertanya-tanya, and then what? Aku S2 terus apa? Tapi akhirnya aku jalanin saja,” kenangnya.
Rasa tanggung jawab menjadi pegangan utama dalam masa-masa sulit. Bahkan ketika menghadapi tekanan menjelang tesis, ia tetap berusaha menyelesaikan studi tepat waktu. “Aku nggak mau kalau ngerjain tugas hanya asal jadi. Itu bentuk tanggung jawabku karena sudah dikuliahin sama mama papa,” tambahnya.
Sebelum mantap memilih jalur akademik, Nimas sempat mencoba dunia media lewat magang di televisi. Namun, pengalaman itu justru membuatnya berpikir ulang. “Aku masuk ke media karena pengen banget jadi anak media. Tapi kok ternyata tidak sesuai ekspektasi. Justru pengalaman bareng dosen yang bikin aku merasa dosen itu menyenangkan,” ungkapnya.
Pengalaman bekerja dengan dosen, terlibat penelitian, hingga mengurus administrasi akademik semakin meneguhkan pilihannya. Setelah lulus S2 dari Universitas Airlangga, ia diterima sebagai CPNS di UPN “Veteran” Jawa Timur.
Kini, di usia yang masih muda, Nimas resmi menyandang status dosen. Meski usianya tidak terpaut jauh dari mahasiswa, ia ingin memberi teladan bahwa kesempatan harus diambil dan diselesaikan dengan sungguh-sungguh. “Selagi mampu, jangan menunda. Punya rasa tanggung jawab, manfaatkan peluang, dan jangan takut mencoba hal baru,” pesannya. (D)
Penulis : Farah Aulia Azzahra
Editor : Nabilla Putri Sisilia




